Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau berkata, Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia kencing di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang tindakan para sahabat tersebut. Arab Badui adalah pengembara yang ada di Jazirah Arab. Sebagaimana pengembara lainnya, Badui berpindah dari satu tempat ke tempat lain sembari mengggembalakan kambing. Badui merupakan salah satu dari asli Arab. Perawakan Badui yang khas menyebabkan dapat langsung dikenali. Perawakannya sebagaimana ditulis dalam buku-buku sejarah Arab berperawakan tinggi, dengan hidung mancung. Lain halnya dengan pendatang yang ada di Arab, Badui tetap mempertahankan budaya dan cara hidup mengembara. Itulah sedikit info mengenai Arab Badui. Orang Arab badui memang terkenal sangat jauh dari ilmu agama alias jahil. Mereka sering bertingkah aneh. Namun, karena tingkahnya inilah yang membuat para sahabat sering dapat ilmu baru. Sehingga sebagian mereka berharap-harap agar orang badui ini selalu datang dan membuat ulah sehingga mereka bisa menggali ilmu dari sikap Nabi shallallahu alaihi wa sallam terhadap orang Badui tersebut. Berikut kami sajikan kisah mengenai seorang badui yang kencing di masjid Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Semoga dari kisah ini kita bisa mendapatkan faedah ilmu syari yang berharga. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau berkata, Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia kencing di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang tindakan para sahabat tersebut. Tatkala orang tadi telah menyelesaikan hajatnya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas memerintah para sahabat untuk mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami. HR. Bukhari no. 221 dan Muslim no. 284 Silakan melihat teks hadits ini di kitab Bulughul Marom karya Ibnu Hajar. Berikut adalah pelajaran berharga yang disarikan dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin dalam Fathu Dzil Jalali wal Ikrom Syarh Bulughil Marom, 1/117-120. FAEDAH PERTAMA Hadits ini menunjukkan bahwa air kencing itu najis karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat untuk membersihkan tanah lantai masjid yang terkena kencing tadi. Oleh karena itu, kencing dan kotoran yang keluar dari dalam tubuh manusia adalah najis. Namun apakah semuanya najis, termasuk juga darah? Adapun darah manusia terdapat perselisihan pendapat di kalangan ulama. Namun, yang lebih tepat darah manusia tidaklah najis. Karena tidak ada dalil Al Quran dan Hadits yang menunjukkan najisnya hal ini. OIeh karena itu, kita kembalikan ke hukum asal bahwa setiap benda adalah suci sampai kita menemukan dalil yang menyatakan bahwa benda tersebut najis. Namun, mayoritas ulama tidak berpendapat demikian. Mereka menilai bahwa darah tetaplah najis, namun jika sedikit dimaafkan. Barangsiapa yang ingin berhati-hati dari perselisihan yang ada ini, maka jika darah tersebut dicuci maka tidaklah mengapa. FAEDAH KEDUA Wajibnya membersihkan lantai masjid dari najis, karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat untuk menyiramkan air pada najis tersebut. FAEDAH KETIGA Terdapat larangan kencing di masjid karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak mengingkari pengingkaran para sahabat terhadap orang badui tadi. Beliau shallallahu alaihi wa sallam cuma melarang untuk tidak menghardiknya. Sehingga ini menunjukkan bahwa kencing di masjid terlarang. FAEDAH KEEMPAT Kemungkaran itu wajib diingkari dengan segera sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat tadi. Namun jika mengakhirkan mengingkari kemungkaran ada maslahat, maka itu lebih baik, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Beliau shallallahu alaihi wa sallam membiarkan arab badui tadi kencing di masjid karena memang di situ ada maslahat. Oleh karena itu, jika kita melihat seseorang berada di kubur Nabi shallallahu alaihi wa sallam kemudian dia menujukan doa pada beliau shallallahu alaihi wa sallam semacam dia mengatakan Ya Muhammad, berikanlah aku rizki! ; apakah dalam kondisi semacam ini kita boleh langsung mengingkari perbuatan orang ini dengan mengatakan, “Engkau musyrik, engkau telah berbuat syirik, engkau telah berdoa kepada selain Allah.?” Jawabannya Jangan lakukan seperti itu. Bahkan kita biarkan hingga dia selesai berdoa lalu kita berdialog dengannya dengan cara yang baik dan penuh hikmah. Mungkin kita bisa katakan padanya, “Akhi, siapakah yang mampu mengabulkan doa, Rasulullah ataukah Allah Taala?” Pasti dia akan mengatakan, “Allah”. Lalu setelah itu kita katakan padanya, “Jika demikian, mintalah doa pada Allah saja, janganlah engkau menujukan satu doa pun pada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tujukanlah doamu pada Allah semata karena itu memang lebih baik padamu daripada engkau berdoa kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Karena seorang Rasul tidaklah bisa mendatangkan manfaat atau bahaya, juga tidak mengetahui perkara ghoib”. Jika orang ini sudah merasa jelas dengan penjelasan ini, barulah kita katakan bahwa yang dia lakukan adalah kesyirikan yang dapat menjadikan seseorang menjadi penghuni neraka. … Masya Allah … Inilah cara berdakwah yang bijak dan mudah diterima yang dicontohkan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin. Semoga Allah senantiasa merahmati beliau dan melapangkan kuburnya. Baca Juga Faedah Sirah Nabi Tahapan Nabi dalam Berdakwah dan Kiatnya FAEDAH KELIMA Nabi shallallahu alaihi wa sallam memiliki sikap yang sangat bagus dalam menyikapi umatnya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam melarang para sahabat untuk menghardik orang ini karena ada bahaya yang ditimbulkan di balik itu. Di antara bahayanya adalah akan memudhorotkan orang ini disebabkan kencing yang diperintahkan dihentikan seketika. Bahaya lainnya adalah aurat orang ini bisa terbuka karena kaget, sehingga berbalik, kemudian para sahabat kemungkinan bisa melihat auratnya. Kalau dia masih tetap kencing lalu dipaksa berhenti, maka celananya kemungkinan bisa terkena najis. Bahkan najisnya akan meluas di tempat dia kencing, namun bisa mengena ke bagian masjid lainnya. FAEDAH KEENAM Membersihkan najis yang ada di masjid haruslah dilakukan dengan segera. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan menggunakan air dalam hal ini. Namun sebenarnya jika kencing tadi dibiarkan begitu saja, maka dia akan hilang dengan sendirinya karena tertiup angin atau terkena terik matahari. Namun, karena tujuannya ingin agar najis hilang dengan segera, maka digunakanlah air. FAEDAH KETUJUH Membersihkan najis yang ada di masjid, hukumnya adalah fardhu kifayah, yaitu jika sudah mencukupi yang melakukan hal ini, maka orang lain gugur kewajibannya. Kenapa bisa fardhu kifayah? Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk membersihkan kencing tadi, namun beliau tidak bareng dengan mereka membersihkannya. Jika hukum melakukan hal ini adalah fardhu ain wajib bagi setiap orang, maka tentu Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang lebih dahulu membersihkan najis tersebut dari sahabat lainnya. Oleh karena itu, barangsiapa melihat najis di masjid maka dia wajib membersihkannya. Jika tidak mampu, maka dia wajib meminta pada orang lain untuk membersihkan najis yang di masjid tersebut. FAEDAH KEDELEPAN Dari hadits ini dapat kita simpulkan sebuah kaedah yang sudah masyhur di tengah-tengah para ulama yaitu jika kemungkaran tidak dapat dihilangkan kecuali dengan kemungkaran lain yang lebih besar, maka kemungkaran ini tidak boleh diingkari. Ini adalah kaedah yang sudah sangat jelas. Jika kita menghilangkan suatu kemungkaran, namun malah mendatangkan kemungkaran yang lebih besar maka ini sama saja kita melakukan kemungkaran yang pertama tadi dan kita menambah kemungkaran yang baru lagi. Dan tambahan ini tidak diragukan lagi adalah maksiat. FAEDAH KESEMBILAN Selayaknya bagi orang yang ingin melarang suatu kemungkaran, dia menjelaskan sebab kenapa dia melarang hal itu. Lihatlah Nabi shallallahu alaihi wa sallam tatkala melarang orang badui ini, beliau shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan bahwa hal ini dilarang karena masjid adalah tempat yang tidak diperbolehkan terdapat kotoran dan najis. Masjid adalah tempat untuk berdzikir kepada Allah dan melaksanakan shalat. Sehingga dengan demikian, orang badui yang sebelumnya belum tahu, akhirnya menjadi tahu. FAEDAH KESEPULUH Hendaklah setiap orang tatkala berinteraksi dengan lainnya, dia menyikapinya sesuai dengan keadaannya. Orang badui ini bukanlah penduduk Madinah. Jika penduduk Madinah yang melakukan demikian tentu Nabi shallallahu alaihi wa sallam akan menyikapinya berbeda. Akan tetapi Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyikapi orang ini sesuai dengan keadaannya yang jahil dan kurang paham agama. Demikian faedah yang sangat berharga dari orang badui yang bertamu ke masjid Nabi. Semoga faedah ini bermanfaat. Ya Allah berikanlah pada kami ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyib dan amalan yang diterima. Baca Juga Faedah Sirah Nabi 10 Pelajaran dari Istri-Istri Nabi Hadits Arbain 34 Mengubah Kemungkaran *** Disusun di Gunung Kidul dan dilanjutkan di Pogung Kidul, 22 Dzulqodah 1429 di pagi hari yang penuh berkah Penulis Muhammad Abduh Tuasikal
- Ιρиду ч
- Խлዴռе ιваслፗгጼξ εግаኹ
- Уклижогታц πէба ሙաձև аνε
- Քሿσащ рс уፅաф σиφо
- Κኝ л υጲէ
- Яքоβипсοբω ωճя
- Μθዪ бедрεбр
Pada suatu hari ada seseorang lelaki badui (gurun) datang menghadiri majlis Nabi Shallallahu alaihi wasallam di Masjid Nabawi. . Tiba-tiba
INI adalah Kisah Nabi dan orang badui. Suatu ketika Rasulullah SAW tengah melakukan Thawaf untuk mengelilingi Ka’bah. Ketika itu, beliau melihat ada seorang lelaki yang juga melaksanakan hal serupa sembari berdzikir. Zikir tersebut berbunyi “Ya Karim! Ya Karim” Demikianlah lelaki yang berada di depan Rasulullah itu mengucapkan zikirnya. Mendengar zikir tersebut, Rasulullah kemudian mengucapkann lafadz Ya Karim! Ya Karim!’ dan terus mengikuti si pria yang ada di depannya tadi. Merasa ada yang yang membuntutinya dari belakang, si pria tadi pun merasa heran. Akhirnya ia menepi ke sudut Ka’bah dan melanjutkan zikirnya. Namun meskipun demikian, ternyata Rasulullah tidak berhenti menirukan lafadz yang diucapkan oleh pria tersebut. Pria itu merasa bahwa dirinya tengah diperolok-olok orang yang tidak dikenalnya tersebut. BACA JUGA Mengapa Nabi Musa sering Disebut dalam Alquran? Ketika menengok ke belakang, didapatinyalah sosok pria tampan dan rupawan yang belum pernah dijumpainya. Kemudian dirinya berkata, “Wahai orang tampan, apakah engkau ini sengaja memperolok-olokku karena aku ini orang Arab Badui. Kalaulah bukan karena ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku adukan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah SAW.” Foto Pixabay Mendengar hal tersebut, Rasulullah SAW tersenyum lantas bertanya, “Tidaklah engkau mengenaliku wahai orang Arab?” Si lelaki Arab menjawab, “Belum.” Kemudian Rasulullah bertanya kembali, “Jadi bagaimana kau bisa beriman kepadanya?” “Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,” ujar si Arab Badui tadi. Setelah mendengar pernyataan tersebut, Rasulullah SAW berkata “Wahai orang Arab, akulah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat.” Mendengar ucapan tersebut, si orang Arab merasa terkejut sekaligus tidak percaya dengan apa yang ia dengar dan saksikan, hingga membuatnya bertanya sekali lagi. “Tuan ini Muhammad?” Setelah mendapat kepastian bahwa pria nan tampan yang berada di hadapannya itu adalah Nabi Muhammad, maka menunduklah si pria tadi sekaligus mencium kedua kaki Rasulullah. Seketika Rasulullah menarik dan membangunkan pria Arab tadi seraya berkata, “Wahai orang Arab, janganlah engkau perlakukan aku seperti itu, perbuatan semacam itu biasanya dilakukan oleh seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketauhilah kalau aku diutus Allah bukan untuk menjadi seorang yang takabur dan minta dihormati melainkan untuk membawa berita gembira.” Pada saat itu, Malaikat Jibril turun ke bumi dan menemui Rasululllah SAW seraya memberitahu berita, “Ya Muhammad! Tuhan mengucapkan salam kepadamu dan berkata, Katakanlah kepada orang Arab itu supaya dia tidak terpesona dengan belas kasihan Allah. Ketauhilah bahwa Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya baik yang kecil maupun yang besar.” Foto Pinterest Setelah mengatakan hal tersebut, Jibril pun pergi lagi ke langit. Orang arab itu kemudian berkata. “Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengannya!” Rasulullah SAW terkejut mendengar perkataan orang Arab tadi, dirinya merasa heran. Keheranan tersebut muncul karena sekilas si orang Arab tersebut seperti menantang Tuhan. Kemudian beliau pun memastikan. “Apakah yang engkau akan perhitungkan dengan Tuhan?” BACA JUGA Seorang Badui Bertanya, Wahai Rasul, Apa Itu Ash-Shur?’ Orang Badui itu kemudian berkata, “Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka akupun akan memperhitungkan betapa besarnya maghfirahNya. Jika dia memperhitungkan kemaksiatanku, maka aku akan memperhitungkan betapa keluasan pengampunanNya. Dan jika Tuhan memperhitungkan kekikiranku, maka aku akan memperhitungkan pula betapa Dia sangat Dermawan”. Mendengar ucapan tersebut membuat Rasulullah menangis. Beliau merasa sangat setuju dengan apa yang dikatakan oleh orang Badui tadi. Tangisan itu semakin menjadi hingga air mata Rasulullah membahasi janggutnya. Setelah itu, turunlah Jibril ke bumi seraya berkata. “Ya Muhammad, Tuhan as-salam menyampaikan salam kepadamu, dan berkata Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya karena tangisanmu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga ia bergoncang. Katakanlah kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya. Allah sudah mengampuni semua kesalahnnya dan ia akan menjadi temanmu di surga nanti.” Demikianlah kisah mengenai Arasy yang bergoncang karena tangisan Rasulullah SAW untuk seorang pria Arab yang tengah melakukan thawaf di Ka’bah. Sungguh mulia hati dan pemikiran si pria tadi hingga membuat Rasululah menangis haru.[]
Ketikaitu Rasulullah bersama dengan sahabat yang sekaligus menantunya, Ali bin Abi Thalib sedang berada di luar rumah dan didatangi oleh seorang badui yang tengah naik unta. Orang badui itu pun kemudian berkata: "Wahai Rasulullah, di desaku di Bani Fulan ada beberapa orang yang telah masuk Islam. Akulah yang berdakwah kepada mereka supaya
loading...Kisah sekumpulan orang Arab Badui yang bersikap lantang kepada Nabi Muhammad menarik untuk disimak. Terdapat pelajaran berharga dalam kisah ini. Foto ilustrasi/ist Dikisahkan, sekumpulan orang Arab Badui dari kabilah Bani Tamim datang berduyung-duyun ingin menemui Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam. Rombongan Badui ini berjumlah 70 orang lengkap dengan delegasi pujangga kebanggaan ingin membuktikan kebenaran Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam sebagai Rasul utusan Allah. Orang-orang Arab Badui ini memang dikenal tak punya tata krama dan sopan santun. Mereka menantang Rasulullah SAW untuk bertanding menyampaikan syair dan pidato. Bahkan dengan lantangnya mereka memanggil Rasulullah dengan panggilan nama. Sebuah panggilan yang tidak menunjukkan tata krama dan sopan santun. Kebanyakan mereka memang tidak mengerti tata krama dan tidak tahu cara menghormati orang lain. Namun karena kebijaksanaan Rasulullah dan keluhuran akhlaknya, orang-orang Arab Badui ini akhirnya takluk dan hatinya Ishaq menceritakan dalam Kitab Sirah-nya bahwa tahun ke-9 Hijrah itu merupakan tahun mengalirnya para delegasi dari seluruh Jazirah Arab. Setelah pembebasan Mekkah seusai Perang Tabuk, dan Kabilah saqif dari thaif masuk Islam dan ikut membaiat Rasulullah SAW. Maka datanglah berbagai delegasi ke Madinah untuk menemui Rasulullah oleh Ibnu Jarir, dari Zaid bin Arqam bahwa sekumpulan orang-orang Badui berkata kepada kawan-kawannya "Marilah kita menemui laki-laki Muhammad itu, apabila ia benar-benar seorang Nabi, maka kitalah yang paling bahagia beserta dia, dan jika ia seorang raja maka kita pun akan beruntung dapat hidup di sampingnya." Maka datanglah Zaid bin Arqam kepada Rasulullah menyampaikan kabar itu lalu mereka datang beramai-ramai menemui beliau yang kebetulan sedang berada di kamar salah seorang istrinya. Mereka memanggil dengan suara yang lantang sekali "Ya Muhammad, ya Muhammad, keluarlah dari kamarmu untuk berjumpa dengan kami karena tujuan kami sangat indah dan celaan kami sangat menusuk perasaan." Nabi kemudian keluar untuk menemui mereka dan turunlah ayat Al-Qur'an Surat Al-Hujurat Ayat 4اِنَّ الَّذِيۡنَ يُنَادُوۡنَكَ مِنۡ وَّرَآءِ الۡحُجُرٰتِ اَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡقِلُوۡنَArtinya "Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau Muhammad dari luar kamarmu kebanyakan mereka tidak mengerti." QS Al-Hujurat Ayat 4Menurut Qatadah, rombongan itu berjumlah 70 orang. Mereka berkata, "Kami ini dari Bani Tamim, kami datang ke sini membawa pujangga-pujangga kami dalam bidang syair dan pidato untuk bertanding dengan penyair-penyair kamu." Nabi menjawab "Kami tidak diutus untuk mengemukakan syair dan kami tidak diutus untuk memperlihatkan kesombongan, tetapi bila kamu mau mencoba, boleh kemukakan syairmu itu." Maka tampillah salah seorang pemuda di antara mereka membangga-banggakan kaumnya dengan berbagai keutamaan. Rasulullah menampilkan Hassan bin Sabit untuk menjawab syair mereka dan ternyata Hassan dapat menundukkan mereka semuanya. Setelah mereka mengakui keunggulan Hassan, mereka lalu mendekati Rasulullah SAW dan mengucapkan dua kalimat Syahadat dan masuk Nabi Muhammad menghadapi orang-orang Badui dari Bani Tamim itu akhirnya berkesudahan dengan baik. Sebelum pulang, mereka mendapat petunjuk tentang jalan kebenaran dan pelajaran tentang akhlak dalam pergaulan. Inilah salah satu sisi keindahan Islam, sejak dahulu sudah mengajarkan akhlak dan bagaimana tata krama menghormati orang lain. Baca Juga rhs
Kisah mashyur orang Arab Badui yang membuat Rasulullah SAW menangis* Ketika Rasulullah SAW tengah melakukan Thawaf untuk mengelilingi Ka'bah. Ketika itu, beliau melihat ada seorang lelaki yang juga
Suku Badui Arab mendapat pencerahan-pencerahan nilai Islam. Ilustrasi Padang Pasir JAKARTA— Badui merupakan salah satu suku pengembara di bangsa Arab dengan karakter yang terkenal keras dan suka menyerang. Namun, setelah datangnya agama Islam, mereka berubah menjadi bala tentara yang gagah berani dan jarang ada tandingannya. "Terutama jika di dalam bala tentara itu terdapat orang yang paling pintar ahli seni dan lain-lain," tulis Prof Hamka dalam bukunya "Sejarah Umat Islam Prakenabian Hingga Islam di Nusantara" Setelah Islam datang orang Badui berubah menjadi lebih maju. Orang Badui yang telah masuk menjadi tentara kemah watak beraninya yang semula tidak hilang kemananya berubah bentuk. "Tabiat yang suka menyerang dan merampas berganti menjadi berani menempuh maut untuk mencari mati syahid," katanya. Tabiat mereka yang tadinya sudi menolong orang yang lemah berganti menjadi gagah berani dan tangkas. Ahli riwayat yang menyebutkan bahwa orang Badui sangat menjaga keturunan mereka agar jangan tercampur darah mereka dengan orang lain. Hal ini sudah mereka jaga sejak zaman Nabi Musa meskipun ada juga bangsa lain datang sama seperti bangsa Mesir dan Suriah. Mereka hidup dalam kabilah-kabilah di bawah pimpinan kepala kabilah mereka. Tabiat mereka yang masyhur ialah menyerang sangat menghormati tamu, bebas liar, kejam, sangat menghargai kemuliaan diri dan sabar menanggung siksaan. Karena tabiat mereka yang kejam ke mereka sangat pendendam pada musuh yang berani melawan saat kekayaan mereka hendak dirampas. Tak sedikit sekali dari mereka menaruh hormat pada perempuan. Sebagian dari adat perempuan Badui, adalah berjalan mengiringi kaum laki-laki ke medan perang untuk menumbuhkan keberanian pada hati kaum laki-laki.
Umarbin Khattab berkata; "Kemuliaan seorang mukmin adalah ketakwaannya, agamanya adalah kehormatannya, wibawanya adalah akhlaknya, sedangka
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahih-nya حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ بُكَيْرٍ النَّاقِدُ، حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ نُهِينَا أَنْ نَسْأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ شَيْءٍ، فَكَانَ يُعْجِبُنَا أَنْ يَجِيءَ الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ الْعَاقِلُ، فَيَسْأَلَهُ، وَنَحْنُ نَسْمَعُ، فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ، فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ، أَتَانَا رَسُولُكَ فَزَعَمَ لَنَا أَنَّكَ تَزْعُمُ أَنَّ اللهَ أَرْسَلَكَ، قَالَ صَدَقَ» ، قَالَ فَمَنْ خَلَقَ السَّمَاءَ؟ قَالَ اللهُ» ، قَالَ فَمَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ؟ قَالَ اللهُ» ، قَالَ فَمَنْ نَصَبَ هَذِهِ الْجِبَالَ، وَجَعَلَ فِيهَا مَا جَعَلَ؟ قَالَ اللهُ» ، قَالَ فَبِالَّذِي خَلَقَ السَّمَاءَ، وَخَلَقَ الْأَرْضَ، وَنَصَبَ هَذِهِ الْجِبَالَ، آللَّهُ أَرْسَلَكَ؟ قَالَ نَعَمْ» ، قَالَ وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِنَا، وَلَيْلَتِنَا، قَالَ صَدَقَ» ، قَالَ فَبِالَّذِي أَرْسَلَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ بِهَذَا؟ قَالَ نَعَمْ» ، قَالَ وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا زَكَاةً فِي أَمْوَالِنَا، قَالَ صَدَقَ» ، قَالَ فَبِالَّذِي أَرْسَلَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ بِهَذَا؟ قَالَ نَعَمْ» ، قَالَ وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ فِي سَنَتِنَا، قَالَ صَدَقَ» ، قَالَ فَبِالَّذِي أَرْسَلَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ بِهَذَا؟ قَالَ نَعَمْ» ، قَالَ وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا حَجَّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا، قَالَ صَدَقَ» ، قَالَ ثُمَّ وَلَّى، قَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ، لَا أَزِيدُ عَلَيْهِنَّ، وَلَا أَنْقُصُ مِنْهُنَّ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَئِنْ صَدَقَ لَيَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ»Amr bin Muhammad bin Bukair an-Naqid menuturkan kepadaku. Dia berkata; Hasyim bin al-Qasim Abu an-Nadhr menuturkan kepadaku. Dia berkata; Sulaiman bin al-Mughirah menuturkan kepadaku dari Tsabit dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, dia mengatakan; Dahulu kami pernah dilarang untuk bertanya tentang apa saja kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam oleh sebab itu kami merasa senang apabila ada orang Arab Badui yang cukup berakal datang kemudian bertanya kepada beliau lantas kami pun mendengarkan suatu ketika, datanglah seorang lelaki dari penduduk kampung pedalaman. Dia mengatakan, “Wahai Muhammad, telah datang kepada kami utusanmu. Dia mengatakan bahwasanya anda telah mengaku bahwa Allah telah mengutus anda?”. Maka Nabi menjawab, “Dia benar”. Lalu arab badui itu bertanya, “Lalu siapakah yang menciptakan langit?”. Beliau menjawab, “Allah”. Lalu dia bertanya, “Siapakah yang menciptakan bumi?”. Nabi menjawab, “Allah”. Dia bertanya lagi, “Siapakah yang memancangkan gunung-gunung ini dan menciptakan di atasnya segala bentuk ciptaan?”. Nabi menjawab, “Allah”. Lalu arab badui itu mengatakan, “Demi Dzat yang telah menciptakan langit dan yang menciptakan bumi serta memancangkan gunung-gunung ini, benarkah Allah telah mengutusmu?”. Maka beliau menjawab, “Iya”.Lalu dia kembali bertanya, “Utusanmu pun mengatakan kepada kami bahwa kami wajib untuk melakukan shalat lima waktu selama sehari semalam yang kami lalui.” Nabi mengatakan, “Dia benar”. Lalu dia mengatakan, “Demi Dzat yang telah mengutusmu, benarkah Allah telah memerintahkanmu dengan perintah ini?”. Nabi menjawab, “Iya”. Lalu dia mengatakan, “Dan utusanmu juga mengatakan bahwa kami berkewajiban untuk membayarkan zakat dari harta-harta kami?”. Nabi mengatakan, “Dia benar”. Dia berkata, “Demi Dzat yang telah mengutusmu, benarkah Allah yang telah menyuruhmu untuk ini?”. Beliau menjawab, “Iya”. Dia mengatakan, “Dan utusanmu juga mengatakan bahwa kami wajib berpuasa di bulan Ramadhan di setiap tahunnya.” Nabi mengatakan, “Dia benar” Dia mengatakan, “Demi Dzat yang telah mengutusmu, benarkah Allah telah menyuruhmu dengan perintah ini?”. Beliau menjawab, “Iya”. Dia mengatakan, “Utusanmu pun mengatakan bahwa kami wajib untuk menunaikan ibadah haji ke Baitullah bagi orang yang mampu melakukaan perjalanan ke sana.” Nabi menjawab, “Dia benar”. Dia mengatakan, “Demi Dzat yang telah mengutusmu, benarkah Allah yang memerintahkanmu dengan ini?”. Nabi menjawab, “Iya”.Anas mengatakan; Kemudian dia pun berbalik seraya mengatakan, “Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan menambahkan selain itu dan aku juga tidak akan menguranginya.” Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, “Kalau dia benar-benar jujur/konsisten niscaya dia akan masuk surga”.Diriwayatkan juga oleh Bukhari dalam Kitab al-’Ilm, bab maa jaa’a fi qaulihi ta’ala, Wa qul Rabbi zidni ilman’, hadits no 63, lihat Shahih Muslim cet ke-4 Darul Kutub Ilmiyah 1427 H, hal. 29Di antara faedah hadits ini, adalah Penetapan kebenaran risalah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallamSyariat itu berlaku apabila telah sampai ilmu kepada orang yang bersangkutanAdanya udzur/toleransi bagi orang yang belum sampai ilmu kepadanyaDi dalam hadits ini juga terkandung pelajaran mengenai rihlah fi thalabil ilmi/menempuh perjalanan dalam rangka menimba ilmu agamaDi dalamnya juga terkandung ajaran untuk kembali kepada para ulama dan sering-sering bergaul dengan merekaKebanyakan orang arab badui itu tidak mengerti dan kurang sopanOrang arab badui saja mengerti bahwa alam semesta ini ada penciptanya, maka ini merupakan bantahan telak bagi para penganut paham anti tuhan atau athheisDi dalamnya juga terdapat bantahan bagi kaum yang meyakini paham wahdatul wujudDzat yang menciptakan alam semesta itulah yang berhak untuk diibadahiSemestinya seorang murid menyusun pertanyaan dengan baikTanya-jawab merupakan salah satu metode transfer ilmu yang paling bermanfaatPembelajaran secara bertahapIlmu sebelum berkata dan berbuatBersumpah harus dengan menyebut nama Allah bukan dengan nama makhluk, dan hal itu pun dipahami oleh orang Arab Badui sekalipunBolehnya bersumpah tanpa dimintaBolehnya mencari sanad yang lebih tinggiDi dalamnya juga terkandung ajaran untuk mengecek kebenaran suatu beritaRasulullah shallallahu alaihi wa sallam di samping mmerintah, beliau juga diperintahDisyariatkannya mengutus utusan dakwah ke berbagai tempatBerdakwah harus dengan ilmuTidak bolehnya taklid butaWajibnya ittiba’ kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallamKeharusan untuk taslim/pasrah kepada syari’at beliauDiterimanya hadits ahad dalam masalah aqidah maupun hukum dan beramal dengannyaShalat lima waktu itu dikerjakan secara berulang-ulang di setiap sehari semalamHadits ini menunjukkan bahwa shalat witir tidaklah wajibTidak adanya kewajiban pungutan pajak bagi setiap muslimPuasa Ramadhan wajib dikerjakan dis etiap tahunnyaHadits ini juga menunjukkan bahwa kaum muslimin awam dari kalangan para muqallid adalah termasuk kaum mukminin, yaitu apabila mereka telah meyakini aqidah Islam ini dengan mantap dan tidak ragu-raguDengan menunaikan kewajiban syari’at maka seorang bisa masuk ke dalam surgaAmal merupakan sebab masuk ke dalam surga, namun dia bukanlah harga tukar yang seimbang untuk surgaIman itu meliputi keyakinan, ucapan, dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang. Ini merupakan bantahan bagi Murji’ah, Jahmiyah, Khawarij dan Mu’tazilahIbadah itu ada yang wajib dan ada yang sunnahIbadah yang diwajibkan Allah itu beraneka ragam, tidak hanya satu macamIbadah yang wajib ada yang bersifat harian, dan ada juga yang tahunan, bahkan ada yang sekali seumur hidupHukum di dunia ditegakkan berlandaskan apa yang tampak/menurut zahirnyaMasuk surga atau tidaknya seseorang ditentukan oleh Allah ta’ala yang hanya Allah yang paling mengetahuinyaSurga itu benar adanyaHendaknya menyesuaikan antara ucapan dengan amal perbuatanDi dalamnya terdapat peringatan dari bahaya kemunafikanYang akan masuk surga hanyalah orang muslim saja, orang kafir tidak berhakHadits ini juga menunjukkan keutamaan ahli haditsHadits ini menunjukkan keutamaan orang yang langsung belajar Islam kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallamHadits merupakan sumber ajaran Islam selain KitabullahHadits merupakan penafsir bagi al-Qur’anHadits ini juga menunjukkan pentingnya aqidahAqidah merupakan landasan penegakan hukum, untuk individu maupun masyarakatDan faedah lain yang belum saya ketahui, wallahu a’lam. Wa shallallahu ala Nabiyyina Muhammadin wa shahbihi wa sallam, walhamdulillahi Rabbil Abu Mushlih Ari WahyudiArtikel
20SAHABAT NABI YANG MATI SYAHID. 1.Shuhaib bin Sinan. Pada suatu hari, 'Ammar bin Yasir, mengisahkan peristiwa yang terjadi pada waktu itu. "Saya berjumpa dengan Shuhaib bin Sinan di muka pintu rumah Arqam, ketika itu Rasulullah Saw. sedang berada di dalamnya.
Sudah 15 abad Rasulullah Al Musthafa Muhammad shallallahu alaihi wa sallam SAW berpulang ke rahmat Allah, namun ajaran dan kemuliaan akhlaknya terus bersinar dan dikenang. Ketika wafat pada tahun 11 Hijriah atau 633 Masehi itu usia 63 tahun, umat Islam sangat terpukul seakan-akan dunia kehilangan pemimpinnya. Namun, Allah berkehendak, agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW justru semakin berkembang hingga ke penjuru Beliau, Allah menjadikan Alquran dan Alhadits sunnah Nabi sebagai pedoman dan pegangan bagi umat Nabi Muhammad SAW . Betapa beruntungnya mereka yang hidup berdampingan dan ikut berjuang membantu Rasulullah SAW. Para ahlul bait dan sahabat adalah orang-orang pilihan yang membantu dan menyebarluaskan risalah Nabi tersebut. Baca Juga Biografi Nabi Muhammad, Manusia Teragung Sepanjang MasaBagi kita yang belum pernah bertemu sosok mulia Rasulullah SAW, tentu menyimpan kecintaan dan kerinduan yang mendalam. Sosok Beliau yang agung dan berakhlak mulia benar-benar tak pernah habis untuk diperbincangkan. Kecintaan umat kepada Rasulullah sering ditunjukkan sejak masa sahabat dahulu hingga para ulama masa kini. Mereka tak sanggup menceritakan kemuliaan Nabi Muhammad SAW atau melukiskannya dengan kata-kata. Hanya air matalah yang mampu menjawab pertanyaan tentang kemuliaan Nabi Muhammad SAW. Ada satu kisah seorang Arab Badui yang ingin mengetahui seperti apa akhlak Rasulullah SAW. Seperti dikutip dari akun PenaTarimStore yang bersumber dari 'Buku-Buku Islam' menceritakan, beberapa waktu setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para sahabat masih dalam keadaan sangat berduka. Baca Juga Khutbah Terakhir Rasulullah Sebelum WafatSeorang Arab badui menemui Sayyidina Umar bin Khattab RA dan berkata, “Ceritakan padaku tentang akhlak Muhammad!” Sayyidina Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui ini menemui Bilal RA. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yang sama, Bilal pun menangis dan tak sanggup menceritakan apa pun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tadi menjumpai Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA. Si Badui ini merasa Sayyidina Umar dan Bilal sahabat-sahabat senior dan setia Nabi? Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad? Dengan berharap-harap cemas, Badui ini kemudian menemui Sayyidina linangan air mata Sayyidina Ali berkata, “Ceritakan padaku keindahan dunia ini! Badui ini menjawab, “Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini….” Baca Juga Kisah Mengharukan, Detik-detik Wafatnya Rasulullah SAWAli kemudian berkata, “Engkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Muhammad SAW, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh 'Muhammad Memiliki Budi Pekerti Yang Agung.”.Demikian kisah Badui yang penuh hikmah ini dan kita bisa memetik pelajaran bahwa keindahan akhlak Rasulullah SAW tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat dan keberkahan kepada Beliau dan keluarga sahabat serta pengikutnya. Aamiin.rhs
Iniadalah sebuah kisah yang sangat luar biasa, tentang seorang ulama bahasa Arab yang bernama al-Ashma'i. Ia adalah ulama bahasa Arab yang paling tersohor. Oleh karenanya ia biasa duduk di majelisnya Harun al-Rasyid bersama para ulama lainnya. Salah seorang orang Arab badui yang hadir di pelajaran tersebut mengatakan, "Wahai Ashma'i
SYADAD ibn Had berkata Seorang Arab badui datang kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Lalu ia beriman dan ikut bersama beliau. Ia berkata, “Aku akan ikut berhijrah bersamamu.” Maka Rasulullah mewasiatkannya pada para sahabat. BACA JUGA Orang Badui Menarik Jubah Rasulullah dengan Keras dan Kasar Arab Badui itu mengikuti Rasulullah beserta para sahabat berjuang di perang Khaibar. Lalu ketika Rasulullah memperoleh ghanimah dan membagikannya, ia pun mendapat bagian. Rasulullah memberikan bagian yang beliau terima kepada para sahabat. Pada saat ia sedang menjaga unta milik para sahabat, para sahabat kemudian memberikan unta tersebut padanya. Setelah apa yang orang Arab Badui terima dari para sahabat, ia langsung menemui Rasulullah dengan membawa serta apa yang ia terima. Ia berkata, “Aku ikut bersamamu bukan untuk mendapatkan ini. Akan tetapi, aku ikut bersamamu dengan harapan aku tertusuk panah disini –sambil menunjuk lehernya– lalu aku meninggal dan masuk Surga. Rasulullah menjawab, “Jika engkau jujur, Allah pasti akan menjadikanmu demikian.” Kemudian mereka berperang di medan selanjutnya melawan musuh-musuh. Tak lama setelah itu, dibawanya ke hadapan Rasulullah orang yang terkena panah di bagian leher. BACA JUGA Ketika Orang Badui Hunuskan Pedang kepada Nabi yang Sedang Tidur “Diakah ini?” tanya Rasulullah. Para sahabat menjawab, “Ya.” Rasulullah berkata, “Ia telah jujur kepada Allah, maka Allah pun mengabulkan keinginannya.” Rasulullah mengkafani jenazahnya dengan jubbah milik beliau. Lalu kemudian beliau shalatkan dan berdoa, “Ya Allah, ia hamba-Mu yang berhijrah di jalan-Mu. Ia telah syahid dan aku akan menjadi saksi baginya. [] Sumber Qalam, Walid al-A’zhami, Nabi Muhammad di Hati Sahabat., hal 200, 201.
.